Definisi coaching
Definisi coaching menurut ICF (International Coaching Federation) adalah hubungan kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata kunci pada definisi coaching, yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Ketika pengawas sekolah berinteraksi dengan kepala sekolah sebagai seorang pendamping, pengawas sekolah dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan kepala sekolah.
Prinsip Coaching
Konsep coaching yang berfokus pada kemitraan antara coach dan coachee sangat relevan dengan peran pengawas sekolah sebagai pendamping dalam konteks pendidikan. Ketika pengawas sekolah berperan sebagai pendamping dengan pendekatan coaching, hubungan yang bersifat kemitraan tersebut memungkinkan coachee, dalam hal ini kepala sekolah, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka. Hubungan kemitraan antara pengawas sekolah dan kepala sekolah akan berlangsung berdasarkan nilai-nilai saling percaya, saling pengertian, dan rasa hormat.
Selain kemitraan, dengan menggunakan metode coaching, pengawas sekolah juga akan menggunakan pendekatan kreatif untuk membimbing kepala sekolah, meliputi penggunaan teknik dan strategi kreatif untuk merangsang pemikiran inovatif dan solusi baru. Melalui coaching, pengawas sekolah juga membantu kepala sekolah untuk melihat masalah dari berbagai sudut berpikir kepala sekolah dan menggugah pikiran mereka untuk mencari solusi yang efektif.
4 Paradigma Berpikir Coaching
Sedangkan mindset atau pola pikir sebagai seorang coach ada 4 pola pikir yaitu fokus pada coachee/individu yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Ketika pengawas sekolah berperan sebagai pendamping kepala sekolah dan menggunakan pola pikir sebagai coach, fokus utama pendampingan adalah pada coachee atau pada individu yang akan dikembangkan, dalam hal ini kepala sekolah. Pengawas sekolah sebagai pendamping harus memusatkan perhatian pada kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh kepala sekolah.
Sebagai seorang pendamping, pengawas sekolah juga bersikap terbuka dan ingin tahu terhadap pemikiran, ide, dan visi kepala sekolah. Dengan mendengarkan tanpa menghakimi, pengawas sekolah membuka ruang untuk diskusi yang memungkinkan kepala sekolah untuk membagikan pandangan mereka dan mencari solusi bersama atas permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
Pola pikir coach berikutnya adalah coach harus memiliki kesadaran diri yang kuat untuk memahami emosi, kekuatan, dan kelemahan kepala sekolah. Dengan kesadaran diri yang baik, pengawas sekolah dapat memberikan umpan balik yang konstruktif, membantu kepala sekolah mengatasi tantangan, dan merencanakan strategi pengembangan pribadi.
Sebagai pendamping yang menerapkan metode coaching, pengawas sekolah juga perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan pola pikir seorang coach yaitu mampu melihat peluang baru dan masa depan. Ia dapat melihat peluang perkembangan baru dalam bidang kepemimpinan dan pendidikan. Dengan membimbing kepala sekolah untuk merencanakan masa depan yang lebih baik, pengawas sekolah membantu menciptakan lingkungan sekolah yang inovatif, adaptif, dan memajukan.
Kesimpulannya, dengan menerapkan coaching dalam peran pengawas sekolah sebagai sebagai salah satu metode pendampingan, pengawas sekolah dapat membantu kepala sekolah dalam pengembangan kepemimpinan yang efektif, inovasi dalam pendidikan, dan pencapaian tujuan organisasi secara holistik.